3. Nama
Sekolah : TK Dharma
Wanita Persatuan USU
4. Identitas
Sekolah :
- Alamat : Jl.Universitas
No.26, Padang Bulan Kota Medan
- Jumlah Siswa (Observasi) : 15 orang
- Jumlah Kelas : 3 (tiga)
kelas
- Prestasi :
Juara I Lomba Kebersihan tingkat Kecamatan
5. Hari/Tanggal
Observasi : Jumat,31
Maret 2017
6.
Teori Landasan :
Bab 14. Mengelola Kelas
(Psikologi Pendidikan oleh J.W Santrock)
7. Waktu
Observasi : 08.00 – 10.15
(2 jam 15 menit)
8. Lokasi
Observasi : TK Dharma Wanita Persatuan USU
9.
Pembagian Tugas :
No
|
Nama
|
Tugas
|
1.
|
Wanda Pratama
|
Dokumentasi, menyusun laporan,
meninjau lapangan
|
2.
|
Hafizah Aini
|
Mencatat hasil observasi, menyusun
laporan, meninjau lapangan
|
3.
|
Talenta Hutabarat
|
Dokumentasi, menyusun laporan,
meninjau lapangan
|
4.
|
M.Ridhona Z Nur
|
Dokumentasi, menyusun laporan,
meninjau lapangan
|
5.
|
Neni Tria Harahap
|
Mencatat hasil observasi, menyusun
laporan, meninjau lapangan
|
6.
|
Intan Yolanda
|
Mencatat hasil observasi, menyusun
laporan, meninjau lapangan
|
7.
|
Santi Melisa
|
Mencatat hasil observasi, menyusun
laporan, meninjau lapangan
|
10.
Jadwal
dan Sistematis Pelaksanaan Penelitian
NO
|
URAIAN
|
MARET
|
APRIL
|
||||||
1
|
Diskusi Pemilihan Topik
|
||||||||
2
|
Diskusi Mengenai Teori
|
||||||||
3
|
Observasi
|
||||||||
4
|
Diskusi Kelompok
|
||||||||
5
|
Pembuatan Poster
|
||||||||
6
|
Posting Blog
|
SISTEMATIS PELAKSANAAN PENELITIAN
Ø 06 Maret 2017 : Diskusi Pemilihan Topik
Ø 24 Maret 2017 :
Diskusi Mengenai Teori
Ø 31 Maret 2017 :
Observasi
Ø 01 April 2017 : Diskusi Kelompok
Ø 04 April 2012
: Pembuatan Poster
Ø 09 April 2012
: Posting Blog
11.
Jadwal
Kegiatan (Jumat, 31 Maret 2017)
08.00 – 08.15 :
Bel berbunyi, berbaris, berolahraga, menyanyi dan menari bersama
08.15 – 08.45 : Kegiatan awal,
salam dan doa
08.45 – 09.45 : Kegiatan Inti
(Pada hari Jumat menggambar dan membaca cerita)
09.45 – 10.00 : Cuci tangan, doa
dan makan bersama di dalam kelas
10.00 – 10.15 : Istirahat, main didalam atau diluar kelas
10.15
: Pulang
12.
Catatan Hasil Observasi
a. Keadaan
Kelas
·
Di dalam kelas terdapat 4 kelompok meja dengan 3-4 orang murid yang menduduki
kursi
·
Gaya penataan kelas menggunakan gaya tatap muka
·
Kelas sudah bersih dan rapi saat murid-murid
memasuki kelas
·
Di belakang kelas terdapat tempat mainan
murid-murid disimpan
·
Loker kelas terletak rapi disudut belakang kelas
dengan nama masing-masing murid. Di dalam loker terdapat buku mewarnai, buku tulis, alat tulis, dan peralatan lainnya.
·
Kelas memiliki dekorasi bervariasi, yaitu
terdapat poster-poster abjad serta lukisan- lukisan lucu di dinding kelas
·
Kelas menggunakan AC sebagai pendingin ruangan
·
Terdapat satu meja guru di depan kelas
b. Aktivitas
Kelas
·
Sebelum memasuki kelas murid melakukan senam
pagi yang didampingi guru
·
Guru sudah mengenali nama murid satu persatu
·
Murid memasuki kelas dan duduk di kursinya
masing-masing
·
Guru membuka kelas dengan berdoa dan menanyakan
kabar murid
·
Guru mengulas kembali pelajaran yang sudah lalu
saat membuka kelas
·
Guru menanyakan ibadah murid
·
Murid sudah hapal rutinitas di hari Jum’at yaitu
murid bebas melakukan hal yang diinginkan seperti menggambar karena senin-kamis
murid sudah belajar menulis, membaca, dan berhitung.
·
Murid mengambil sendiri peralatan menggambarnya
di loker yang sudah tersedia
·
Ada juga kegiatan menyanyi tentang pelajaran
murid
·
Setelah murid selesai menggambar, guru
memberikan nilai terhadap gambaran mereka serta menanyakan apa yang mereka
gambar
·
Murid yang sudah selesai dinilai diizinkan untuk
bermain di area belakang kelas yang sudah tersedia dengan mainan
·
Pada saat jam makan, murid diminta untuk mencuci
tangan dengan cara mengantri, kamar mandi murid berada di luar ruangan kelas
·
Guru meminta murid berdoa dan mengawasi murid
saat sedang makan sambil menanyakan apa bekal yang ia bawa
·
Sebelum pulang murid diminta merapikan
barang-barangnya
·
Diakhir kelas murid diminta berdoa dan diizinkan
pulang, kelompok murid yang paling tertib diizinkan pulang terlebih dahulu
c. Interaksi
·
Interaksi antar guru dan murid cukup baik dan
sering
·
Guru membimbing murid untuk membaca doa-doa
·
Guru menegur murid secara langsung apabila tidak
tertib
·
Guru
menghapal dengan baik nama-nama murid
·
Guru memberikan pujian kepada murid yang berani
bercerita tentang kegiatannya
·
Saat menggambar murid banyak berinteraksi dan
bercanda, serta pinjam meminjam alat-alat menggambar
·
Guru menanyakan apa gambar yang mereka gambar secara individu
·
Ada beberapa murid yang tidak mau menggambar
tetapi malah mengerjakan soal-soal di bukunya
13. Pembahasan
Antara Hasil Observasi dengan Landasan Teori
1. Pada TK Dharma Wanita USU, anak – anak
didik terlihat mampu menjawab pertanyaan guru melalui media simbolik dengan
bentuk rumah ibadah dan foto Presiden. Dimana pada pemikiran praoperasional
menurut piaget, tahapan periode praoperasional ini terdapat sebuah kemajuan
pemikiran simbolis disertai pemahaman yang tumbuh mengenai ruang, sebab akibat,
identitas, kategorisasi, dan lainya.
2. Evertson,
Emmer, dan Worsham (2003) dalam buku Santrock (2014) memberi beberapa prinsip
penataan kelas, yaitu:
-
Mengurangi
kepadatan di tempat lalu–lalang.
-
Memastikan
bahwa guru dapat melihat murid dengan mudah.
-
Materi
dan perlengkapan kelas mudah diakses.
-
Memastikan
murid dapat melihat semua presentasi kelas.
•
TK Dharma Wanita masih belum mampu
memastikan kondisi pertama. Dikarenakan hal ini terjadi karena ruang kelas satu
pintu dengan jalan keluar kantor kepala sekolah.
•
Mengenai
gaya penataan kelas, Crane (2001) dan Fickes (2001) dalam Santrock (2004)
mengemukakan lima gaya penataan, TK Dharma Wanita USU menggunakan gaya
yang kedua. Yaitu, gaya tatap muka,
dimana murid saling berhadapan (face to-face). Anak – anak akan belajar cenderung lebih sering bercengkrama dengan
temannya yang lain.
•
Personalisasi
kelas cukup baik di TK ini sebab dekorasi kelas menggunakan hiasan warna-warni
, mainan yang memacu kognitif dan
kreatifitas (seperti susunan kayu dari besar-kecil dan lego). Tetapi ruangan
kelas kurang efektif penempatannya karena berseberangan dengan ruangan kepala
sekolah (bisa dilewati dari pintu yang sama).
3. Dalam menciptakan lingkungan yang positif
di sekolah,guru menggunakan strategi otoritatif dimana murid dilibatkan dalam
kerja sama serta diberi perhatian. Kerjasama terlihat dari kegiatan mengambil
peralatan gambar di loker masing-masing.
4. Dalam mempertahankan aturan atau prosedur,
terdapat tiga strategi untuk menjaga kerjasama antara murid dan guru yang
masing-masing telah dipenuhi oleh TK
yaitu:
•
Menjalin
hubungan positif dengan murid: berinteraksi secara empat mata.
•
Mengajak
murid untuk bertanggung jawab: setelah selesai makan mereka harus membersihkan meja mereka dan
merapikannya,setelah selesai
bermain mereka harus menyusun kembali mainan yang mereka ambil.
•
Memberikan hadiah: memuji, mengacungkan
jempol, menepuk tangan pada murid yang
bersemangat dan yang berani untuk tampil membaca puisi dan bernyayi.
5. Terdapat masalah yang jelas mengenai
seorang murid yang tidak bisa duduk tenang dikelas dan mulai mengganggu teman
yang lainnya, tetapi guru TK menyelesaikan masalah ini dengan bentuk
non-asertif. Setelah menanganinya guru melanjutkan pembelajaran dikelas.
6. Untuk mengatasi beberapa masalah yang
lazim dialami oleh para guru TK dalam berkomunikasi dengan muridnya, maka harus
dengan menjalin hubungan komunikasi aktif dengan audien (anak-anak). Hal ini
dikatakan oleh College pada tahun 1995 (Santrock, 2004).
TEORI MANAJEMEN KELAS
1. Sejarah dan Tokoh
Kelas dimana anak usia dini
atau Taman Kanak Kanak sebagai sebuah institusi pendidikan mungkin masih
tergolong baru dibandingkan sekolah lainnya. Menurut sejarahnya tercatat
Freidrich Froebel (21 April 1782-21 Juni 1852) seorang berkebangsaan Jerman,
sebagai salah satu pengagas pendidikan untuk anak dengan membuka kindergarten (kinder=anak; garten=taman)
pertama di dunia pada 28 Juni 1840 di Thuringia-Jerman.
Pendidikan TK dimaksudkan untuk memelihara
tumbuhnya kebudayaan bangsa yang merdeka, terutama melalui sistem pendidikan
dan pengajaran. Seiring dengan perkembangan Taman Indria, berkembang pula Taman
Kanak-kanak (TK) yang merupakan adaptasi dari konsep Kindergarten dan Taman Indria. Perkembangan TK jauh
lebih pesat dari pada Taman Indria. Dalam perjalannya selama di Indonesia,
lahir pula Raudhatul Athfal atau RA yang merupakan penyelenggaraan program
pendidikan bagi anak usia dini dengan kekhasan agama Islam.
Baik Taman Indria, Taman Kanak-kanak, maupun
Raudhatul Athfal, sasarannya baru mencakup anak di atas usia 4 tahun sampai
memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian anak usia 0-4 tahun belum terlayani
program PAUD dalam bentuk apapun. Seiring dengan perkembangan kebutuhan akan
pengasuhan terutama bagi anak yang kedua orangtuanya bekerja di luar rumah,
muncullah program Taman Penitipan Anak atau TPA yang awalnya hanya berfungsi
sebagai tempat titip/pengasuhan anak. Sejak tahun 1980-an, seiring dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat dan dunia internasional tentang arti
pentingnya pendidikan, mulai dibuka lembaga untuk anak usia 3-4 tahun dalam
bentuk Kelompok Bermain atau Kober atau KB.
Hal penting lainnya adalah
dasar bagi kurikulum yang dirancang Froebel, yaitu gift (objek
yang dapat dipegang dan digunakan anak sesuai instruksi guru, sehingga anak
dapat belajar tentang bentuk, ukuran, warna, dan menghitung), occupation(materi
untuk mengembangkan berbagai keterampilan, seperti menjahit sesuai pola,
membuat bentuk mengikuti pola, menggunting, menggambar, menempel dan melipat
kertas, dll), nyanyian, dan permainan yang mendidik.
2.
Anak Prasekolah
Salah satu Teori yang dikembangkan oleh Jean Piaget,
seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak
konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk
secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam
representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Piaget membagi skema yang
digunakan anak untuk memahami kognitif seseorang melalui empat periode utama
yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia.
1.Periode sensorimotor
(usia 0–2 tahun)
2.Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3.Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4.Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
2.Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3.Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4.Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Pemikiran Praoperasional menurut piaget
Pada tahapan periode
praoperasional ini terdapat sebuah kemajuan pemikiran simbolis disertai
pemahaman yang tumbuh mengenai ruang, sebab akibat, identitas, kategorisasi,
dan lainya.
1)
Fungsi simbolis Fungsi simbolis (Symbolic function):
Kemampuan anak menggunakan representasi mental
(kata-kata, angka, atau gambar). Tanpa simbul-simbul, individu tidak dapat
berkomuniasi secara verbal, membuat perubahan, membaca peta, atau mengenali
foto-foto yang disayangi dari kejauhan. Simbol-simbol bisa membantu seorang anak
untuk mengingat dan berpikir tentang sesuatu yang tidak hadir secara fisik.
Penggunaan simbol bagi anak
pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
a.
Imitasi tidak langsung Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu
hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi.
Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi
oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean
sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
b.
Permainan Simbolis Sifat permainan simbolis ini juga
imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak
perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.
c.
Menggambar Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan
simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada
segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur
gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang
riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis
lainnya.
d.
Gambaran Mental merupakan penggambaran secara pikiran suatu
objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini
kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam
mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.Contoh yang
digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
e. Bahasa Ucapan Anak
menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui
bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada
orang lain.
Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan
penalaran intuitif bukan logis. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental
yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut
pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri,
seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
3.
Manajemen kelas
Manajemen
kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles,
2002; Evertson, Emmer, & Worsham, 2003 dalam Santrock, 2004). Made Pidarta
dengan mengutip pendapat Lois V Johson dan Mary A Bany, bahwa pengelolaan kelas
adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan
situasi kelas. Secara historis, dalam manajemen kelas, guru dianggap sebagai
pengatur dan dalam tren selanjutnya lebih menekankan pada pelajar, dan guru
sebagai fasilitator (Freiberg, 1999; Kauffman, dkk., 2002 dalam Santrock,
2004).
Proses belajar-mengajar dalam kelas
hakikatnya akan melibatkan semua unsur yang ada dalam sekolah yang bersangkutan
akan tetapi secara langsung akan terlibat hal-hal sebagai berikut :
1.
Guru sebagai pendidik
2.
Murid sebagai yang dididik
3.
Alat-alat yang dipakai
4.
Situasi dalam dan lingkungan kelas
5. Kelas
itu sendiri
6.
Dan hal lainnya yang sewaktu-waktu
terjadi
Kelas Padat, Kompleks, dan
Berpotensi Kacau
Walter Doyle (1986)
dalam buku Santrock (2004) mendeskripsikan enam karateristik yang merefleksikan
kompleksitas dan problemnya yaitu:
1.
Kelas adalah multidimensional, yaitu
kelas adalah setting untuk banyak kegiatan, mulai dari aktivitas akademik
seperti membaca, menulis, bermain, berkomunikasi dengan teman dan berdebat.
2.
Aktivitas terjadi secara simultan.
Banyak aktivitas yang terjadi secar simultan didalam kelas, seperti ada murid
yang menulis dan sebagian lagi mendiskusikan suatu cerita bersama guru.
3.
Hal-hal terjadi secara cepat. Kejadian
yang sering kali terjadi secara cepat dan membutuhkan respon yang cepat.
4.
Kejadian sering tidak terprediksi. Hal
ini berupa murid sakit, murid berkelahi, alarm kebakaran berbunyi, dan
sebagainya.
5.
Hanya ada sedikit privasi. Kelas adalah tempat
publik dimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian yang tidak terduga, dan
mengalami frustasi.
6.
Kelas punya sejarah. Murid punya
kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu.
Tujuan dan Strategi
Manajemen
Menurut Santrock
(2004), ada 2 tujuan manajemen kelas yang efektif, yaitu :
1.
Membantu murid menghabiskan lebih
banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan
pada tujuan.
2.
Mencegah murid mengalami problem
akademik dan emosional.
Mendesain
Lingkungan Fisik Kelas
Prinsip penataan kelas
yang dikemukakan oleh Evertson, Emmer, dan Worsham (2003) dalam buku Santrock
(2004):
-
Mengurangi kepadatan di tempat lalu–lalang.
-
Memastikan bahwa duru dapat melihat murid dengan mudah.
-
Materi dan perlengkapan kelas mudah diakses.
-
Memastikan murid dapat melihat semua presentasi kelas.
Gaya Penataan yang
dikemukakan oleh Crane (2001) dan Fickes (2001) dalam buku Santrock (2004):
-
Gaya auditorium yaitu semua murid menghadap guru.
-
Gaya tatap muka yaitu murid saling berhadapan langsung satu sama lain.
-
Gaya off-set, sejumlah murid duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan
langsung satu sama lain.
-
Gaya seminar, sejumlah murid duduk disusunan berbentuk lingkaran, atau persegi.
-
Gaya klaster, yaitu sejumlah murid bekerja dalam kelompok kecil.
4.
Perkembangan Anak Pra-Sekolah
Anak
usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka biasa mengikuti
program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia pada umumnya mereka
mengikuti program tempat penitipan anak 3 – 5 tahun dan kelompok bermain atau
Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 – 6 tahun biasanya mereka
mengikuti program taman kanak-kanak (Biechler dan Snowman dari Patmonodewo,
2003).
Dalam
proses perkembanganya ada ciri-ciri yang melekat dan menyertai periode anak
tersebut. Menurut Snowman (1993 dalam Patmonodewo, 2003) mengemukakan ciri-ciri
anak prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada TK. Ciri-ciri anak TK dan
prasekolah yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif.
Ciri Fisik Anak Prasekolah
Penampilan
maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam
tahapan sebelumnya.
·
Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka
telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai
kegiatan yang dilakukan sendiri.
·
Setelah anak melakukan berbagai
kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak
menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang
diperlukan anak.
·
Otot-otot besar pada anak prasekolah
lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu
biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti
misalnya, mengikat tali sepatu.
·
Anak masih sering mengalami kesulitan
apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya,
itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
·
Walaupun tubuh anak lentur, tetapi
tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya
berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai,
sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.
·
Walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan
lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik
halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak
terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam
kompetisi ketrampilan seperti apa yang disebut diatas.
Ciri
Sosial Anak Prasekolah atau TK
·
Umumnya anak pada tahapan ini memiliki
satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat
cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat
yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang
sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
·
Kelompok bermain cenderung kecil dan
tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat
berganti-ganti.
·
Anak lebih mudah seringkali bermain
bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social
participation among praschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang
bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial.
Ciri
Emosional Anak Prasekolah atau TK
§ Anak
TK cenderung mngekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah
sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
§ Iri
hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian
guru.
Ciri
Kognitif Anak Prasekolah atau TK
·
Anak prasekolah umumnya terampil dalam
berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya,
sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih
untuk menjadi pendengar yang baik.
·
Kompetensi anak perlu dikembangkan
melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan
Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar
anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut: a) Lakukan
interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak. b) Tunjukkan minat
terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak. c) Berikan kesempatan kepada
anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
·
Berikan kesempatan dan dorongan maka
untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri. a) Doronglah anak agar mau
mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku. b) Tentukan
batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya. c) Kagumilah
apa yang dilakukan anak. d) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak,
lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Pendidikan
anak Pra-Sekolah
·
Menurut The National Association for The
Education of Young Children (NAEYC), pendidikan prasekolah (early childhood
education) adalah pelayanan yang diberikan dalam tatanan masa kanak awal.
Fungsi pendidikan prasekolah sendiri merupakan sebagai persiapan anak untuk
masuk ke jenjang pendidikan yang lebih matang.
· Menurut
UU RI No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 (2), pendidikan
prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi,
pengetahuan, dan keterampilan yang melandasai pendidikan dasar serta
mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan
seumur hidup.
Bermain
Sosial
Dengan
bentuk seperti ini, guru dapat melihat partisipasi anak dalam suatu kegiatan
bermain dan akan menunjukkan derajat partisipasi berbeda. Parten (1932) dan
Brewer (1992) menjelaskan berbagai derajat partisipasi anak :
·
Solitary Play ; anak bermain
sendiri tanpa menghiraukan anak lainnya
·
Onlooker Play ; anak hanya
sebagai penonton dalam permainan tersebut
· Parallel Play ; anak menggunakan mainan yang sama atau meniru cara
anak lain ber-
main, namun tetap
bermain sendiri.
·
Associative Play ; anak bermain
bersama namun permainan tidak terstruktur
·
Cooperative Play ; anak bermain
bersama dengan aturan-aturan tertentu
Praktik Pendidikan Anak Pra-Sekolah
Pada
tahun 1986, NAEYC meneliti isu praktik yang cocok dikembangkan pada program
masa awal anak-anak. Dalam suatu studi, anak-anak yang mengikuti pendidikan
prasekolah dengan praktik yang cocok menurut dokumen yang diterbitkan NAEYC
memperlihatkan perilaku kelas yang lebih cocok dan kebiasaan belajar yang lebih
baik (Hart & others, 1993).
Beberapa
model pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD:
1. Model Pembelajaran Klasikal
Adalah
suatu pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh
seluruh anak sama dalam satu kelas. Pembelajaran ini merupakan model yang
paling awal digunakan di TK. Sarana pembelajaran terbatas dan kurang
memperhatikan minat anak secara individu.
2. Model Pembelajaran Berdasarkan Kelompok
dengan Kegiatan Pengamanan
Dalam
pembelajaran ini anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok
melakukan kegiatan yang berbeda-beda. dalam satu pertemuan anak harus
menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dan secara bergantian. Bila ada anak yang sudah
menyelesaikan tugas lebih cepat, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan
lain di kelompok yang tersedia tempat. Kalau tidak ada tempat anak dapat
bermain di kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman disediakan alat-alat yang
bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema / sub tema
3. Model pembelajaran berdasarkan sudut,
Langkah-langkah
pembelajaran hampir sama dengan model area, hanya sudut-sudut kegiatan
merupakan pusat kegiatan. Alat-alat kegiatan yang disediakan lebih bervariasi,
sering diganti sesuai dengan tema dan sub tema.
4. Model pembelajaran berdasarkan area Model
Pembelajaran
ini lebih memberikan kesempatan kepada anak dalam memilih / menentukan kegiatan
sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran ini untuk memenuhi kebutuhan anak
dan menghormati keberagaman budaya serta menekankan pada pengalaman belajar
bagi setiap anak.
5. Model pembelajaran berdasarkan sentra
Adalah
pendidikan pembelajaran dalam proses pembelajaran dilakukan di dalam lingkaran
dan sentra bermain. Guru bersama anak duduk dengan posisi melingkar dan saat
dalam lingkaran, guru memberikan pijakan pada anak sebelum dan sesudah bermain
Sentra bermain merupakan area / zona bermain anak yang di lengkapi alat
bermain, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk
mengembangkan seluruh potensi dasar anak dalam berbagai aspek perkembangan
secara seimbang. Dalam membuka sentra setiap hari disesuaikan dengan jumlah
kelompok setiap PAUD Pembelajaran sentra dilakukan secara tuntas mulai awal
kegiatan sampai akhir dan fokus pada satu kelompok usia PAUD dalam satu
kegiatan di satu sentra kegiatan Setiap sentra mendukung perkembangan anak
dalam tiga jenis bermain : bermain sensori motor / fungsional , bermain peran ,
bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Selain
metode yang bersifat teknis di atas, ada beberapa metode pengajaran yang lebih
umum antara lain :
a. Metode Global (Ganze Method)
Anak
belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika
membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri.
Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat
diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiati.
b. Metode Percobaan (Experimental method)
Metode
pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan
sendiri. Setidaknya tedapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan
masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan
melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang,
pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun
untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat
mengamati sesuatu.
KESIMPULAN, HAMBATAN, SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil observasi yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa TK Dharma
Wanita Persatuan USU telah memiliki pengelolaan kelas yang cukup baik.Dimana TK
ini telah cukup memenuhi prinsip penataan kelas, gaya penataan kelas menggunakan gaya tatap
muka, prinsip penataan kelas sudah terpenuhi. Tetapi
menurut kami, guru pada TK ini kurang dalam memberikan reward berupa pujian
terhadap murid-murid yang sudah berani menjawab pertanyaan guru.
Hambatan
Secara keseluruhan semuanya berjalan
lancar, tetapi terkadang ada beberapa anak yang masih malu-malu karena
kedatangan kami, jadi mereka juga terkadang tidak menjawab apa yang kami
tanyakan.
Saran
Sebaiknya
guru di TK Dharmawanita USU lebih sering memberikan reward bukan hanya tepuk tangan tetapi juga berupa perkataan
seperti “kamu pintar sayang!” agar memotivasi murid lebih berani menjawab
pertanyaan guru serta lebih semangat.
Hafizah
Aini 16-002
Pengalaman yang menarik dan
menyenangkan. Karena berinteraksi dengan anak-anak. Dengan adanya kegiatan
observasi ini membuat saya mengetahui hal apa saja yang bisa diobservasi dan
energi positif dari anak-anak itu rasanya menular kepada kami. Bagaimana
keceriaan dan semangat mereka yang membuat kami ikut bersemangat dan ceria.
Talenta
M.N. Hutabarat 16-005
Menurut saya, kegiatan
observasi terhadap manajemen kelas dimata kuliah psikologi pendidikan ini adalah hal yang baru dan merupakan bagian tugas yang sangat menyenangkan dan sangat membantu dalam
penambahan ilmu secara praktik dalam pembelajaran selama kuliah.
M.
Ridhona Z. Nur 16-010
Observasi ini membuat saya
ingin kembali ke masa kecil saya. Apalagi lihat anak –anak yang lucu lucu.
Wihhh.... makin membuat saya betah di TK itu. Dan satu hal yang membuat saya
belajar dari TK itu adalah nikmatilah masa kecilmu!. Sebab jika kita merasa
masa kecil kita pahit,maka jadikanlah ia alasan buat kesuksesanmu di masa
depan, tapi jika kita merasa masa kecil kita manis maka jangan jadikan ia
alasan tetapi pertahankanlah untuk kemudahanmu
dalam kesuksesanmu di masa depan.
Wanda
Pratama 16-026
Menurut saya sistem
pembelajarannya sangat menyenangkan karena anak-anak bisa belajar sambil
bermain, sebab pembelajar seperti itu tidak ada kebosanan dalam belajar
Neni
Tria Harahap 16-030
Observasi ini merupakan pengalaman yang menarik
untuk saya, karena saya sebelumnya belum pernah melalukan observasi terutama
terjun langsung mengobservasi anak-anak TK.Serta banyak sekali hal positif yang
saya peroleh seperti semangat mereka yang tinggi dalam belajar dan observasi
ini juga mengingatkan saya terhadap masa TK saya dulu, bahwa guru akan sangat
sabar menjawab pertanyaan yang terkadang sangat lucu dan tidak masuk akal.
Intan
Yolanda 16-041
Menurut saya sistem
pembelajarannya sudah cukup bagus dan juga sistem pengajarannya. Hanya perlu di
maksimalkan saja. Selain itu, sekolah juga harus melihat bagaimana cara siswa
belajar agar lebih mudah dan baik dalam menerima pelajaran di sekolah.
Santi
Melisa 16-058
Observasi kepada anak-anak TK
justru semakin membuat saya deg-degan! Saya sangat senang bertemu dengan
anak-anak dan seketika saya merasa lebih muda. Para guru dan murid menyambut
kami dengan sapaan dan senyuman hangat. Mereka sangat atraktif tetapi terkadang
suasana kelas menjadi agak ribut. Akan tetapi guru bisa mengontrol mereka. Saya
berkeinginan untuk melakukan observasi ketempat lain lagi.
0 komentar:
Posting Komentar